SAGA

Wisata Religi Makam Gus Dur (II)

"Peziarah yang datang terangnya tak dimonopoli kaum muslim. Ini mengingat Gus Dur dikenal dekat dan membela hak azasi kelompok minoritas seperti Kong Hu Cu"

Quinawaty Pasaribu

Kepala Pondok Pesantren Tebuireng, Lukman Hakim (Foto:Quinawaty Pasaribu)
Gus Dur, Toleransi, Jombang

Capai Satu Juta Pengunjung

Menurut Lukman Hakim, ada 10 ribu peziarah yang datang setiap minggunya. Saking membludaknya, pihak pondok pesantren harus membatasi jam kunjungan. Tiap hari, makam dibuka dari pagi hingga sore. Lalu dibuka kembali malam hingga subuh.

KBR68H: Dengan banyaknya pengunjung, agak terganggu dengan proses belajar di pondok?
Lukman: Awal-awal banyak kendala, yang ziarah selalu datang, fasilitas santri yang untuk santri, akhirnya terganggu. Tempat wudhu, begitu juga tengah malam datang dengan bis. Setelah tahun ini, setelah fasilitas diselesaikan tempat ziarah dan pintu belakang, akses ke pondok, diperkecil. Alhamdulilah relatif tidak menganggu kegiatan santri. Tapi kami membatasi peziarah, jam 4 sore kita tutup, jam 8 kita buka lalu tutup. Buka lagi jam 4 subuh, tutup, dibuka lagi jam setengah 8. Dan itu rutin.

Dinas Pariwisata Jombang punya catatan soal jumlah peziarah. Kepala Dinas, Suyoto menuturkan. “Pengunjungnya sekitar 1 juta lebih.Kalau di Jawa Timur tertinggi, tapi dari segi wisata religi.” .

Peziarah yang datang terangnya tak dimonopoli kaum muslim. Ini mengingat  Gus Dur dikenal dekat dan membela hak azasi kelompok minoritas seperti Kong Hu Cu. Misalnya mencabut Inpres 14/1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina. “Tapi kalau di gus dur tidak, karena gus dur disamping presiden tapi dikenal tokoh pluralisme. Jadi yang ziarah tidak hanya muslim, tapi juga kong hu cu. Setahun meninggalnya, itu yang merayakan, malah yang dari kong hu cu, barongsai. Ada kirap barongsai dari alun-alun ke makam. Itu jadi macet. Inilah kelebihan gus dur, kenapa banyaknya peziarah yang datang ke sana,” ungkapnya.

Maria, salah satu warga Tionghoa yang mengagumi Gus Dur.

KBR68H: Terakhir kapan cik, ke makam gus dur?
Cihua: Berapa bulan lalu, nganter orang Jakarta, jemaat Ahmadiyah, sekitar 3 atau 4 bulan lalu. Mau ke makam gus dur, ya kita antar ke sana.
KBR68H: Apa yang paling cihua ingat dari gus dur?
Cihua: Gini, dulu aku punya perpusatakaan, yang menyewakan buku-buku silat. Yang saya ingat, gus dur masih muda, masih kulaih mungkin. Aku sering ketemu, dia sering pinjam buku Ko Ping Ho. Itu yang aku ingat, dulu enggak tahu bakal jadi orang besar. Waktu saya tanya, “Gus sampeyan orang pondok, kok suka silat Cina?” Dia jawab, “Saya senang filosofinya.” Enggak tahu jadi orang besar. Dia kalau pinjam buku segini, dua hari sudah balik. Senang baca memang dia itu.

Selain perempuan berusia 62 tahun tersebut,  Jenny Sujiono warga Tionghoa lain yang pernah mengunjungi makam Gus Dur.

KBR68H: Selama ada wisata religi gus dur pernah ke sana?
Jenny: Pernah, waktu gus dur meninggal. Itu masih basah tanahnya. Waktu acara 100 hari saya juga ke sana, 1000 hari gus dur, saya doa di sekolahan.

Karena begitu besarnya  antusiasme  peziarah menyambangi  makam Gus Dur,  Pemerintah Kabupaten Jombang berencana membangun museum untuk mengenang kiprah Bapak Demokrasi, Toleransi dan Perdamaian tersebut.

  

  • Gus Dur
  • Toleransi
  • Jombang

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!