BERITA

Energi Baru untuk Pantai Baru

Energi Baru untuk Pantai Baru

KBR, Yogyakarta- Sore itu di Pantai Baru Pandansimo, Bantul, Yogyakarta, Puniyem dan anaknya duduk lesehan di warungnya yang terletak sekitar 100 meter dari bibir pantai. Masih ada dua pengunjung yang tengah menikmati menu ikan bakar. Hari itu bukan akhir pekan, Puniyem bakal pulang sebelum gelap.

Di warung berukuran 3x6 meter, perempuan asal Dusun Ngentak, Poncosari, Srandakan, Bantul, Yogyakarta ini menyediakan beragam menu ikan. “Kalau hari biasa jam 7 sudah nyampai sini, paling pulang nanti jam 4 kalau udah sepi. Minggu itu bisa nyampe Maghrib, kadang kalau masih ada orang makan di sini, sampai Isya',” kata dia.

Sudah hampir lima tahun Puniyem berdagang di Pantai Baru Pandansimo. Di pantai itu, Puniyem dan 70an warga Ngentak lain, sehari-hari berdagang di sentra kuliner yang berjajar di area pantai.


Inisiatif Baru, Energi Baru

Ada yang unik dari Pantai Baru ini. Di sekitar areal pantai seluas 7 hektar, tampak 38 unit kincir angin berbaris ditemani 275 modul panel surya. Kebun kincir dan panel surya ini menghasilkan listrik hingga 80 kilowatt untuk menghidupkan area wisata Pantai Baru, warung kuliner, serta lampu penerangan jalan.

Cikal bakal Pantai Baru yang kental dengan tema wisata dan edukasi ini bermula pada 2010. Warga Ngentak, Poncosari, Srandakan, Bantul, merasa resah dengan kondisi Pantai Pandansimo yang rusak karena abrasi. Ketua paguyuban, Jumali mengatakan, warga yang tinggal hanya berjarak 400 meter dari pantai ini juga menyayangkan denyut wisata pantai yang redup karena prostitusi.

Kondisi ini diakui oleh pemerintah daerah. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bantul Tlau Sakti. Dia mengatakan, tingkat kunjungan di pantai lama menurun drastis.

“Sebelum tahun 2010, Pantai Pandansimo itu mengalami kerusakan, karena abrasi dan prostitusi. Waktu itu tingkat kunjungan tidak sampai 30 ribu orang pertahun,” kata Tlau.

Warga kemudian bersepakat mengusulkan dibukanya lokasi wisata baru yang berjarak 500 meter sebelah timur pantai lama. “Kami berembug dengan pemerintah membuat konsep wisata, dengan lokasi kuliner serta integral dengan konsep edukasi,” kata Jumali yang telah pensiun sebagai pegawai negeri sipil Dinas Kesehatan Bantul ini.

Namun, warga menemui kendala terkait suplai energi.  Kala itu, lokasi pantai yang diusulkan warga masih belum terpasang jaringan listrik PLN. Aktivitas di wilayah tersebut hanya diramaikan oleh nelayan.

Kepala Bappeda Tlau Sakti mengatakan pemerintah lantas menggandeng pemerintah pusat hingga akademisi untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) yang terdiri dari tenaga kincir angin dan tenaga surya. "Pemda berkoordinasi dengan UGM, Lapan dan Kemenristek, memback up dengan instalasi PLTH ini, surya cell sama angin. Jadi kapasitas waktu itu sekitar 85 kilowatt," ujarnya.

Selama sekitar 6 bulan, warga dan pemerintah bekerja sama mempersiapkan Pantai Baru. Pemerintah menangani infrastruktur PLTH, sementara paguyuban warga Ngentak mempersiapkan area wisata. Pemerintah daerah mengaku, jumlah anggaran yang digelontorkan untuk proyek ini mencapai 3 miliar rupiah. “Dari pemerintah sekitar 3 miliar, itu dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat,” kata Tlau Sakti.

Warga sendiri tidak berpangku tangan. Menurut Jumali, warga secara swadaya mengeluarkan dana hingga 1,2 miliar rupiah, ”Warga ikut swadaya, dari uang sendiri, ya dulu sampai utang koperasi juga, tapi sekarang sudah lunas semua,” jelasnya.

Seluruh area wisata, termasuk lapak warung kuliner didirikan di atas tanah milik Sultan Yogyakarta (Sultan Ground). Sementara warga merogoh kocek sendiri untuk membangun warung masing-masing. Menurut Jumali, banyak warga yang semula bekerja sebagai petani, mulai beralih mengelola warung kuliner. “Warung kuliner itu paling rama hari Sabtu-Minggu, di hari-hari lain, warga ada yang mengurus pertanian juga,” kata Jumali.


Energi Bersih Tingkatkan Keuntungan Bersih

Listrik dari energi bersih ini diakui menguntungkan warga. Puniyem hanya perlu membayar 30 ribu rupiah perbulan untuk mengakses listrik dan air bersih. “Satu bulan, 30 ribu. (Murah nggak?) murah banget, dulu sebelum saya pakai air dari kincir, saya dari rumah bawa, kan bolak balik ngabisin bensin berapa liter" kata Puniyem.

Dari hasil berjualan selama hampir 5 tahun, Puniyem mampu menghidupi keluarganya. Ia mengaku mampu meraup hingga setengah juta rupiah di akhir pekan atau libur nasional. “Ya hari biasa minim rata-rata 20-30an ribu lah. Hari minggu, lumayan bisa nyampe kalau ramai itu 500 ribu, alhamdulillah, bisa buat nyekolahin anak” tuturnya.

Penghasilan ini jelas lebih memadai ketimbang pekerjaan yang pernah dilakoni Puniyem sebelumnya. Bahkan, suaminya pun mendapat pekerjaan baru sebagai tukang parkir di area pantai. “Sebelum punya warung ini, saya jualan makanan kecil di SD, lalu, di rumah sakit bersalin, gajinya Cuma 250 ribu sebulan” ungkap Puniyem.

Denyut kesejahteraan ini juga dirasakan Iwan Fahmi, tetangga Puniyem. Iwan bahkan memiliki warung yang lebih besar dan penyewaan kendaraan wisata. Pemuda berusia 26 tahun ini bisa meraup untung jutaan rupiah tiap pekan, “Di warung makan saya itu, mungkin satu minggunya bisa sampai 3 x untuk pertemuan. Setiap pertemuan saya bisa gaji karyawan 5 orang. Sekali pertemuan 600 ribu dapat,” kata dia.

Kesuksesan Pantai Baru juga diperlihatkan dari peningkatan kunjungan wisatawan."Sekarang tingkat kunjungan ke Pantai Baru hampir 400 ribu lah setahun, dan kesejahteraan masyarakat sangat meningkat. Penelitian 2012, dari UGM, satu tahun 5 miliar uang beredar di Pantai Baru," ucap Kepala Bappeda Tlau Sakti.


Menanam Benih Keberlanjutan          

Demi menjaga keberlanjutan energi baru itu, pemerintah memberdayakan warga lokal sebagai pengelola. Iwan Fahmi salah satunya. Ia bersama sembilan warga lain dibina untuk merawat teknologi yang asing bagi mereka. “Pengetahuan sudah lumayan bagus, paling nggak semua sudah siap untuk merawat, perawatan untuk kincir angin, maintenance, nanti kalau ada kerusakan yang dicek yang mana dulu," kata Iwan.

Pemerintah Bantul mengalokasikan biaya pemeliharaan untuk PLTH Pantai Baru setiap tahun. Menurut Tlau Sakti, besaran anggaran mencapai 300 juta rupiah, “Energi yang untuk teknis dan pemeliharaan sektiar 250-300 juta ke lokasi, salah satunya untuk membayar honor pengelola di sana.”

Guna semakin memantapkan eksistensi Pantai Baru, pemda berencana mengintegrasikan produksi listrik PLTH dengan PLN. Ini lantaran, ada kelebihan produksi listrik PLTH yang bisa dijual ke PLN. Menurutnya, dengan masuknya PLN, jangkauan jaringan listrik bakal meluas dan bisa meningkatkan aktivitas ekonomi warga di Pantai Baru, “Kelebihan energi yang kita hasilkan kita bisa kirimkan ke PLN, kalau kita itu surplus, malah kita dapat uang dari PLN, rencana nanti ke depan begitu” pungkasnya.


Editor: Malika


  • pantai baru
  • bantul
  • Yogyakarta
  • energi terbarukan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!