HEADLINE

Calon Wakil Walikota Balikpapan Diduga Gunakan Ijazah Palsu

"KPU Balikpapan koordinasi dengan panwas dan polisi untuk selidiki dugaan ijazah palsu."

Ilustrasi Ijazah Palsu. (Antara)
Ilustrasi Ijazah Palsu. (Antara)

KBR, Balikpapan – Calon Wakil Walikota Balikpapan, Kalimantan Timur Sirajuddin Mahmud diduga menggunakan ijazah palsu untuk melengkapi syarat pencalonan saat mendaftar.  Ketua KPU Kota Balikpapan Noor Toha mengungkapkan, menerima laporan itu dari masyarakat.

Menurutnya, KPU Balikpapan telah berkoordinasi dengan Panwas dan kepolisian untuk menyelidiki dugaan ijazah palsu tersebut. Kata dia, setelah pasangan calon walikota dan wakil walikota ditetapkan maka menjadi kewenangan kepolisian untuk menyelidiki.


Kata dia, jika nantinya terbukti menggunakan ijazah palsu maka pasangan Heru Bambang – Sirajuddin Mahmud, meski telah ditetapkan masih bisa digugurkan. Namun hal itu harus ada putusan hukum yang berkekuatan tetap.


“Sesuai dengan kapasitas KPU menindaklanjuti dengan cara berkoordinasi, tapi dalam hal mengungkap apakah betul terindikasi palsu atau tidak, itu di wilayah kepolisian. Kalau sudah lepas di penetapan itu menunggu keputusan hukum yang berkekuatan tetap dan menyatakan itu adalah palsu maka calon bisa digugurkan,” kata Noor Toha, Kamis (3/9)


Noor Toha menyatakan sebelum melakukan penetapan, KPU Kota Balikpapan telah melakukan verifikasi seluruh ijazah pasangan calon walikota dan wakil walikota. Mereka melakukan verifikasi faktual ke asal sekolah hingga Dinas Pendidikan.


Dia menyayangkan masyarakat baru melaporkan dugaan ijasah palsu setelah KPU Balikpapan menetapkan pasangan calon walikota dan wakil walikota. Harusnya dilaporkan sebelum pasangan calon ditetapkan.


Editor: Rony Sitanggang

  • ijazah palsu
  • Calon Wakil Walikota Balikpapan
  • Kalimantan Timur Sirajuddin Mahmud
  • Ketua KPU Kota Balikpapan Noor Toha

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!