BERITA

Pedagang di Banyumas Tak Yakin Impor Efektif Tekan Harga Daging Sapi

Pedagang di Banyumas Tak Yakin Impor Efektif Tekan Harga Daging Sapi

KBR, Banyumas– Pelaku bisnis daging di Banyumas, Jawa Tengah tak yakin pemerintah sanggup menekan harga daging sapi hingga mencapai kisaran Rp 80 ribu per kilogram dengan cara mengimpornya.

Ketua Asosiasi Pedagang Daging Sapi Banyumas, Endar Susanto mengatakan daging impor tidak akan menurunkan harga secara signifikan di kawasan Banyumas, Purbalingga dan Cilacap. Ia menyebut daging impor tidak diminati di daerah ini.

Endar mengungkap, pelanggan daging sapi terbesar adalah pedagang bakso dan rumah makan. Namun, menurut Endar, mereka lebih memilih sapi lokal yang dipercaya memiliki rasa yang lebih kuat. Apalagi, daging impor hanya disediakan di supermarket atau pasar modern yang jarang di akses oleh masyarakat umum. Menurut dia, yang biasa mengakses supermarket hanya kalangan menengah ke atas.

"Setuju-setuju saja (dengan impor daging-red) mungkin tujuan pemerintah untuk menurunkan harga daging sapi yang saat ini sangat tinggi. Tapi menurut kita ini, daging impor itu, terutama di Banyumas ini lho, kemudian di Purbalingga, itu tidak akan bisa menurunkan harga. Apalagi yang menjadi pelanggan tetapnya jagal-jagal sapi ini tiap hari adalah pedagang bakso. Mereka ini tidak suka daging impor," ujarnya.

Endar Susanto menyarankan agar pemerintah mengantisipasi kelangkaan daging dengan pengembangan breeder peternakan rakyat. Kalau pun terpaksa mengimpor, lebih baik berupa sapi hidup berumur muda untuk menjamin stok sapi hidup.

Endar menambahkan, tiap hari Banyumas membutuhkan sekira 13 ribu ton daging sapi. Saat ini harga Rp 120 ribu per kilogram. Diperkirakan, harga daging akan semakin tinggi menjelang bulan puasa dan bakal lebih tinggi menjelang lebaran.

Editor: Dimas Rizky

  • impor daging sapi
  • kebutuhan daging sapi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!