HEADLINE

Malaysia Larang Kapal Tradisional, Sembako Melambung di Nunukan

""Semua crew kapal memiliki sijil kompetensi. Ini yang membuat cukup berat.” "

Malaysia Larang Kapal Tradisional, Sembako Melambung di Nunukan
Pedagang sayur di Nunukan, perbatasan Indonesia Malaysia. (Foto: KBR/Adhima S.)

KBR, Nunukan– Penetapan persyaratan keselamatan pelayaran internasional oleh pemerintah Malaysia mempersulit pedagang tradisional di wilayah perbatasan Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara. Perundingan  antara tim negosiator Pemerintah Kabupaten Nunukan dengan Majelis Keselamatan Nasional MKN Malaysia berjalan alot. Ketua tim negosiator Pemerintah Kabupaten Nunukan Petrus Kanisius mengatakan, Pemerintah Malaysia seharusnya memberlakukan aturan pelayaran tradisional mengingat jarak antara Sebatik dengan Pelabuhan tawau Malaysia bisa ditempuh 20 menit.

Kata Petrus syarat yang diberikan memberatkan pelayar tradisional.

“Memiliki   start  lisensi, sertifikat, memiliki cargo ship  safety sertificate , memiliki minimum seat, semua crew kapal memiliki sijil kompetensi. Ini yang membuat cukup berat.” Ujar Petrus Kanisius Selasa (31/05/2016).

Perrus Kanisius menambahkan, tim negosiasi masih akan merayu Pemerintah Malaysia untuk tetap memberlakukan aturan pelayaran tradisional terhadap pedagang dari Nunukan.

Sejak lebih dari sebulan pemerintah Malaysia menutup jalur perdagangan tradisional di wilayah perbatasan, sejumlah kebutuhan pokok masyaraat yang mayoritas masih bergantung kepada Negara Malaysia mengalami kelangkaan. Akibat kelangkaan sejumlah harga sembako mulai merangkak naik. Kenaikan diperkirakan akan semakin tinggi jika pemerintah Malaysia masih menutup jalur perdagangan tradisional memasuki bulan Ramadhan.  

Sebelumnya pada bulan lalu pemerintah Malaysia melarang perahu tradisional melintas perbatasannya. Larangan dilakukan karena kapal tradisional tak sesuai dengan standar keselamatan internasional.

Editor: Rony Sitanggang



 

  • perbatasan Malaysia-Indonesia
  • Ketua tim negosiator Pemerintah Kabupaten Nunukan Petrus Kanisius

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!