HEADLINE
Ratusan Hektare Sawah di Mukomuko Terancam Gagal Tanam
"Penyebabnya hujan tak kunjung turun di lahan tadah hujan"
Evi Tarmizi
KBR,Mukomuko- Ratusan hektare sawah tadah hujan 6 desa di wilayah kecamatan Ipuh, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu kekeringan. Hujan yang tak kunjung turun dalam beberapa minggu ini membuat tanaman padi terancam mati.
Petani setempat Hamidah mengatakan tanaman padi yang ditanam baru berumur 15 hingga 20 hari sangat membutuhkan sekali air untuk perkembangan dan pertumbuhan padi. Padahal hujan belum juga turunakibatnya sebagian tanaman padi sudah mulai layu menguning dan mati akibat kekurangan air.
“Sekarang kami menunggu hujan turun. Padi yang kami taman ini sedang tumbuh kalau sudah sebulan setengah nanti baru berisi. Tiga bulan nanti sudah masak dan tiga bulan sepuluh hari sudah bisa kami panen padi," ungkap Hamidah petani, kepada KBR Selasa (02/02/2016)”
Hamidah melanjutkan, "ini kami taman sudah 15 hari umurnya. Air tidak ada gimana padi ini mau tumbuh kalau kering seperti ini gimana mau jadi?"
Hamidah menambahkan berbagai upaya sudah mereka lakukan untuk mendapatkan air. Antara lain menggunakan mesin pompa air untuk menyedot air dari anak sungai guna mengairi sawah. Namun debit airpun mengecil tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air di sawah mereka.
Sedangkan irigasi dan sumur bor sudah tidak dapat di andalkan karena kondisinya sudah rusak berat. Petani khawatir jika dalam waktu dekat ini belum juga turun hujan, sebanyak 600 hektare sawah tadah hujan di 6 desa terancam gagal tanam.
Petani berharap pemerintah kabupaten Mukomuko memberi perhatian serius untuk mengatasi masalah ini. Enam desa yang kekeringan antara lain berada di desa Pasar Baru, Pasar Ipuh, Medan Jaya, Tanjung Harapan, Pulau Baru dan Pulau Makmur.
Editor: Rony Sitanggang
- sawah tadah hujan
- kekeringan
- petani kecamatan Ipuh Kabupaten Mukomuko Bengkulu
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!