BERITA

Target Pajak Tak Terpenuhi, Pemerintah Pertimbangkan Hutang

"Pemerintah memikirkan dua solusi yakni mengurangi biaya pengeluaran atau menambah hutang untuk menutupi kekurangan pendapatan pemerintah."

Erric Permana

Target Pajak Tak Terpenuhi, Pemerintah Pertimbangkan  Hutang
Wakil Presiden Jusuf Kalla (Foto: KBR/Aisyah K.)

KBR, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengakui target penerimaan pajak tahun 2015 yang mencapai Rp 430 triliun tidak akan tercapai. Menurut dia, waktu yang dimiliki hingga bulan ini tidak memungkinkan untuk mendapatkan penerimaan pajak Rp 400 triliun.

Dengan demikian, kata dia ada dua solusi yakni pemerintah harus mengurangi biaya pengeluaran atau menambah hutang untuk menutupi kekurangan pendapatan pemerintah. Namun, saat ini belum diputuskan.

"Kesulitannya adalah yang bisa dikurangi sebagian besarnya adalah anggaran pembangunan. Tidak mungkin dikurangi gaji, tidak mungkin dikurangi hal lain. Tentu bisa dikurangi anggaran rapat dan lain-lain, tapi biasanya yang dibintangi adalah anggaran pembangunan. Maka terjadilah lagi masalah gross," ujar Jusuf Kalla di Jakarta, Selasa (1/12).


Wakil Presiden Jusuf Kalla menambahkan pemerintah saat ini tengah melakukan pengetatan anggaran. Caranya dengan hanya mengeluarkan anggaran untuk kegiatan prioritas.


Sebelumnya, Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi penerimaan pajak hingga 22 Oktober 2015, mencapai sebesar Rp 743,5 triliun atau baru mencapai sekitar 60 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp 1.294,2 triliun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN-P) 2015.


Editor: Rony Sitanggang

  • target pajak 2015 gagal
  • mengurangi pengeluaran atau menambah utang
  • Wakil presiden Jusuf Kalla
  • target baru 60%
  • target Rp 1.294
  • 2 triliun

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!