HEADLINE

Pasca Rusuh, Ratusan Brimob Jaga Tambang Emas di Banyuwangi

Pasca Rusuh, Ratusan Brimob  Jaga Tambang Emas di Banyuwangi

KBR, Banyuwangi - Ratusan polisi dari Brigadir Mobil (Brimob) Kepolisian Daerah Jawa Timur, bersenjata lengkap hingga hari Kamis Siang ini (26/11/2015) masih berjaga- jaga di  lokasi tambang emas di Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesanggaran Banyuwangi. Mereka berjaga lantaran semalam (25/11/2015) terjadi betrok antara warga anti tambang dengan aparat kepolisian.

Hingga Kamis siang ini suasana di lokasi tambang emas milik PT Bumi Suksesindo (BSI) tampak lengang.

Kepala Bagian Operasional Kepolisian Banyuwangi Sujarwo membenarkan dua kompi Brimob Polda Jawa Timur terlibat dalam pengamanan lokasi tambang di kawasan Gunung Tumpang Pitu. Pengamanan juga di tambah dari satu kompi Brimob polres Bondowoso. Kata dia, penempatan personil ini untuk mengantisipasi kerusuhan susulan.

“Brimob itu kan dari Polda masih di situ. Ini kan pergerakan massa tidak ada, jadi istirahat dulu. Sama- sama istirahat. Massa istirahat  kita juga istirahat. (Yang diterjunkan berapa?) Ini sekitar ada tiga Brimob,” kata Sujarwo, Kamis (26/11/2015)

Sementara itu, Komunitas Pelestari Lingkungan Banyuwangi Jawa Timur, mendesak pemerintah untuk mencabut perizinan pertambangan emas TP Bumi Suksesindo. Juru bicara komunitas  Rosdi Bahtiar Martadi mengatakan,  adanya tambang tersebut yang menyebabkan konflik di masyarakat.

Rosdi mencatat dalam satu bulan terakhir  telah terjadi tiga kali benturan warga penolak tambang dengan TNI dan Polri. Yaitu pada tanggal 19 Oktober, 22 November, dan 25 November 2015. Benturan tersebut akhirnya mengakibatkan warga setempat yang menjadi korban kekerasan, seperti penembakan dan penganiayaan.

“Itu harusnya tiga kali benturan itu cukup menjadian pertimbangan utama menteri kehutanan dan kepala daerah yang terkait untuk meninjau ulang keputusan penurunan status kawasan hutan lindung Tumpang Pitu. Ternyata kan itu mengubah kawasan hutan lindung Tumpang Pitu itu memicu konflik. Dan itu seharunya membuat semua yang terkait meninjau ulang kebijakan mereka,” kata Rosdi Bahtiar Martadi.

Juru bicara komunitas pelestari lingkungan Banyuwangi Rosdi Bahtiar Martadi menambahkan, adanya konflik tersebut membuktikan hadirnya pertambangan emas tidak selaras dengan kultur masyarakat di kawasan Gunung Tumpang Pitu. Kata dia, Konflik berpotensi terus berlangsung  jika PT Bumi Sukseindo  akan menaikkan tahap eksploitasi tambang emas pada 2016.

Konflik tambang emas di Gunung Tumpang Pitu, berawal karena tuntutan masyarakat setempat tidak dikabulkan perusahaan. Warga menuntut agar PT Bumi dan pemerintah lebih terbuka dalam mengelola tambang dan mempekerjakan penduduk setempat.

Warga juga kecewa karena kawasan hutan lindung Gunung Tumpang Pitu diturunkan fungsinya menjadi hutan produksi dan dipakai sebagai kawasan pertambangan. Konflik ini berujung pada kerusuhan yang mengakibatkan sejumlah warga Kecamatan Pesanggaran Banyuwangi, Jawa Timur, menjadi korban penembakan polisi. 

Rabu kemarin (25/11/2015)  bentrok  antara warga dengan polisi terjadi pada pukul 16.00 WIB. Massa membakar sejumlah sepeda motor.

Kericuhan sempat berhenti. Namun pada pukul 20.00 WIB, ratusan orang  kembali menyerang perkantoran PT Bumi Suksesindo.  Selain sepeda motor massa juga membakar alat berat, tempat penampungan solar, dan sejumlah rumah yang dipakai kantor oleh perusahaan tambang.

Akibat bentrok ini, dikabarkan empat orang warga terkena tembak peluru karet Brimob yang menjaga area pertambangan tersebut.

Kandungan emas di kawasan ini diklaim kedua terbesar setelah tambang Freeport di Papua.


Editor: Rony Sitanggang

  • Juru bicara komunitas pelestari lingkungan Banyuwangi Rosdi Bahtiar Martadi
  • tambang emas di Desa Sumber Agung
  • Kecamatan Pesanggaran Banyuwangi
  • Kepala Bagian Operasional Kepolisian Banyuwangi Sujarwo
  • konflik tambang

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!