BERITA

Simposium Tandingan, Luhut: Bagus, Malah Jadi Lengkap

Simposium Tandingan, Luhut: Bagus, Malah Jadi Lengkap
Menkopolhukam Luhut Panjaitan. Foto: Hermawan

KBR, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan mengaku tidak keberatan dengan rencana pelaksanaan simposium tandingan tragedi 1965 yang akan digelar besok di Jakarta. Ia beralasan, simposium tersebut akan membuat penyelesaian tragedi 1965 lebih lengkap karena dilihat dari berbagai arah.

"Tidak ada tandingan-tandingan sebenarnya itu. Bagus-bagus saja biar tambah baik. Bukan tandingan ya? Tidak ada itu," ujarnya setelah menghadiri pembukaan acara Rakornas PAN, di Jakata.

Dia juga mengaku tidak ada konflik tertentu di internal pemerintah terkait masalah tersebut. "Tidak ada apa-apa. Biasa. Inikan demi penyelesaian lebih baik kedepannya," jelas Luhut.

Luhut mengakatakan pemerintah juga mendapat undangan dalam acara tersebut. Hanya, ia belum bisa memastikan dapat menghadiri acara tersebut atau tidak.

"Ada. Ga ada masalah. Biar makin banyak masukan biar selesainya masalah ham tersebut. Tapi bapak diundang? Belum lihat. Tapi mereka sudah beritahu saya," ujarnya.

Besok sejumlah purnawirawan Tentara Nasional Indonesia (TNI) bakal menggelar simposium tandingan yang berjudul mengamankan Pancasila dari ancaman kebangkitan partai komunis Indonesia dan paham ideologi lain. 

Mereka beralasan simposium tragedi 1965 yang digelar pada April lalu, kurang mewakili pandangan TNI. Ketua panitia kegiatan, Letnan Jenderal (Purnawirawan) Kiki Syahnakri menuturkan, simposium itu bertujuan meluruskan pandangan yang meyakini TNI bersalah, dan simpatisan PKI adalah korban dalam Tragedi 65.

Editor: Sasmito Madrim

  • Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukham) Luhut Pandjaitan
  • Simposium nasional “Membedah Tragedi 1965”

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!