CERITA

Revolusi Teknologi Di Asia

"Data itu digunakan untuk membuat robot cerdas dan menyebar teknologi untuk orang miskin. "

Lien Hoang

Seorang jurnalis sedang mencoba Google Cardboard. (Foto: Lien Hoang)
Seorang jurnalis sedang mencoba Google Cardboard. (Foto: Lien Hoang)

Jika Anda bertanya-tanya bagaimana teknologi akan mengubah hidup kita di masa depan, berikut adalah beberapa hal yang bisa dipertimbangkan.

Perusahaan dan pemerintah mengumpulkan lebih banyak data tentang kita daripada sebelumnya. Data itu digunakan untuk membuat robot cerdas dan menyebar teknologi untuk orang miskin.

Lien Hoang mencoba beberapa teknologi baru ini di Tokyo.

Saya sedang membaca sebuah artikel dalam bahasa Vietnam di laptop. Tapi saya lupa arti kata ‘trai bi’ dalam bahasa Inggris, jadi saya mencari kamus Vietnam-Inggris. 

Tapi kemudian saya ingat. Saya punya aplikasi untuk menerjemahkan yang bisa menjawab pertanyaan saya. Yang perlu saya lakukan hanya mengucapkan kata itu dengan suara lantang.

Aplikasi ini mampu memahami suara saya dan mencari tahu jawaban dari pertanyaan saya.

Terjemahan ini adalah contoh yang bagus bagaimana perangkat lunak kini makin pintar.

Peneliti Google, Greg Corrado, menjelaskan ini kepada para jurmalis di konferensi pembelajaran mesin perusahaannya di Tokyo belum lama ini.

Dia mengatakan dengan uji coba terus menerus, komputer saat ini bisa menangani hal-hal yang lebih kompleks, seperti bahasa.

“Aplikasi terjemahan ini baru saja dikembangkan dan Anda akan melihatnya terus berkembang. Saat ini kita menggunakan sistem tunggal seperti menerjemah bahasa Prancis ke bahasa Kanton. Dan kita nanti akan beralih pada sistem terpadu yang bekerja jauh lebih baik daripada sistem tunggal,” papar Greg Corrado. 

Ini semua bagian dari kecerdasan buatan, atau machine learning atau pembelajaran mesin, dimana komputer pada dasarnya adalah robot yang bisa berpikir dan membuat keputusan.

Ketika Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengunjungi Jepang tahun 2014, dia bermain sepak bola dengan sebuah robot.

Robot bukan manusia, tapi mereka dibuat oleh manusia yang memiliki niat baik.

Itu sebabnya Eric Schmidt dari Google mengatakan kita tidak perlu khawatir kalau komputer akan mengambil alih dunia suatu hari nanti.

“Itu fiksi ilmiah dimana hampir di semua film fiksi ilmiah, tokoh robot adalah pihak yang jahat sementara manusia adalah tokoh yang baik. Tapi saya tidak berpikir seperti itu. Karena menurut saya manusia tidak akan membuat robot yang jahat, hanya film yang membuat seperti itu. Ada orang-orang dalam perusahaan saya yang percaya 15 atau 20 tahun lagi, kita akan punya komputer yang kecerdasannya bisa menyaingi manusia.”

Berbicara di konferensi teknologi Tokyo, Schmidt, mengatakan masuk akal kalau banyak ledakan teknologi ini akan berdampak besar di Asia, tempat asal banyak programmer berbakat dan menguasai ilmu pasti.

“Menurut saya programer Asia bisa melakukan sama baiknya dengan programer asal Amerika dan Eropa. Bahkan sebagian besar pemenang kontes pemrograman berasal dari Asia,” kata Eric Schmidt.

Tahun lalu menurut Bloomberg, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan paling banyak mengajukan hak paten. Peringkat Malaysia, Singapura, dan Hong Kong juga naik dalam inovasi global. 

“Saya menghabiskan sebagian besar waktu saya pada isu-isu kewirausahaan di Korea. Dan saya percaya solusi atas melambatnya perekonomian Korea adalah lebih banyak investasi dalam kewirausahaan. Kami mengadakan pertemuan dengan pengusaha Korea yang mewakili penggunaan pembelajaran mesin dalam setiap bidang yang menarik. Dan saya sangat terkesan,” tambah Eric Schmidt.

Tema besar lain di konferensi itu adalah penggunaan data besar untuk menciptakan realitas virtual atau VR.

“Lewat VR seseorang bisa mengalami dan merasa seperti benar-benar berada di suatu tempat lain. Dan teknologi ini melibatkan banyak tantangan baik dalam pemodelan dunia dalam tiga dimensi dan beberapa cabang ilmu visi komputer. Dan dari segi tampilan, bagaimana kita bisa melakukan streaming konten secara efektif kepada klien kita yang punya bandwidth kecil?” jelas Steve Seitz, profesor teknik dari Universitas Washington.

Di negara-negara Asia yang berkembang, masih banyak orang yang punya bandwidth kecil. Tapi ini tidak menghalangi mereka untuk tetap online.

Harga telepon pintar juga semakin murah dan sebagian besar diproduksi oleh negara-negara Asia, dari Korea hingga Taiwan.

Ini membantu orang tetap saling terhubung dengan biaya rendah. 

Schmidt mengatakan ini penting karena menurutnya salah satu hal terbaik yang perusahaan bisa lakukan adalah membawa teknologi kepada orang miskin, dan mengurangi ketimpangan pendapatan.

“Karena bagaimanapun, mereka tidak mendapat pendidikan yang cukup, tidak punya pekerjaan, atau rekening bank. Tapi jika kita bisa menyediakan perangkat komputer murah yang biaya bandwidth-nya terjangkau, maka kita akan membuat kontribusi besar.”

Schmidt ingin teknologi pintar ini bisa membuat hidup kita lebih mudah. 

 

  • Lien Hoang
  • Tekonologi Asia
  • Google
  • Realitas Virtual

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!