HEADLINE

Isu Kebangkitan PKI Ganggu Rekonsiliasi

"Kemunculan isu itu diduga bertujuan untuk membangun memori masa lalu mengenai PKI"

Bambang Hari

Isu Kebangkitan PKI Ganggu Rekonsiliasi
Simposium Tragedi 1965 untuk pertama kalinya digelar dengan menghadirkan para penyintas. Foto: youtube

KBR, Jakarta- Ketua Pengarah Simposium Agus Widjojo menyebut, isu mengenai PKI yang marak di berbagai media sosial bisa mengganggu proses rekonsiliasi. Kata dia, kemunculan isu itu diduga bertujuan untuk membangun memori masa lalu mengenai PKI. Dan itu bakal mempersulit upaya rekonsiliasi.

"Untuk mencapai rekonsiliasi memerlukan persyaratan dari semua pihak dan tentu itu tidak mudah. Dan saya akui sulit untuk dipenuhi oleh pihak manapun. Tentu saja yang terganggu adalah proses rekonsiliasinya," kata dia.


Agus menegaskan, isu tersebut takkan mengganggu perumusan rekomendasi dari Simposium 65/66. Saat ini kata dia, perumusan hasil rekomendasi simposium 65/66 masih berproses.


"Kalau sampai mengganggu kesimpulan yang akan kami buat, rasanya tidak. Sebab, kesimpulan itu kan telah melalui metode-metode tertentu. Jadi isu mengenai hal tersebut takkan mempengaruhi kesimpulan," ujarnya.

Sebelumnya di jejaring media sosial ramai beredar pesan berantai terkait isu pembagian kaus bergambar Palu Arit gratis yang bakal dilakukan pada tanggal 9 Mei 2016 bertepatan dengan Hari Lahir Partai Komunis Indonesia ke-102 tahun. Namun isu itu tidak terbukti. 

Sementara itu pada hari Minggu malam (8/5), Kepolisian Resor Kota Mojokerto, Jawa Timur, membubarkan konser musik yang berlangsung di GOR Majapahit Mojokerto. Alasannya, salah satu band pengisi acara Mesin Sampink band memainkan lagu Genjer–genjer yang disebut terkait dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Kepala Kepolisian Resor Kota Mojokerto, Nyoman Budiarso mengatakan, pembubaran dilakukan untuk menghindari kemungkinan adanya gesekan antara penonton dengan kelompok masyarakat lainnya.

Editor: Malika

  • PKI
  • rekonsiliasi
  • tragedi65

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!