CERITA

Antologi Cerita Rakyat Universitas PGRI Semarang

Antologi Cerita Rakyat Universitas PGRI Semarang

KBR, Semarang - Eriana Velia Yanaldi adalah mahasiswa baru di Universitas PGRI Semarang.

Hari itu, ia tengah menceritakan dua hasil karyanya; Asal Usul Jembatan Akar Bayang dan Air Terjun Bayang Sari. Kisah itu sudah melegenda sejak 1918.


Dengan penuh semangat, Eriana menceritakan dua kisah rakyat yang berasal dari Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat, tempat ia lahir.


Tapi, Eriana tak sendiri. Ia bersama 2500 mahasiswa baru lainnya yang sedang menjalani pekan orientasi mahasiswa baru, ditugaskan membuat cerita rakyat berupa asal usul tempat, kisah binatang, mitos, dan pahlawan lokal.


"Ini kami spesifik, asal usul desa masing-masing yang belum ada kami tanyakan ke MURI. Untuk penyempurnaan antologi kumpulan banyak cerita cerita rakyat terbanyak," ucap Presiden BEM Universitas PGRI Semarang, Khairul Umam.

 

Khairul juga menyatakan, ide ini mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai satu-satunya universitas a di Indonesia yang membuat gebrakan kumpulan cerita rakyat.


Sementara itu, Wakil Dekan 2 UPGRIS Seno Warsito mengatakan, cerita rakyat dipilih untuk melestarikan kearifan lokal.

 

"Cerita rakyat banyak hal yang positif yang bisa dipetik. Kaitannya dengan legenda cerita asal usul di situ ada cerita keberadaan seseorang, karakter seseorang baik yang baik atau yang buruk. Bisa untuk belajar," ungkapnya.

 

Hasna Dwi, mahasiswa baru asal Semarang ini mengaku agak kesulitan mencari cerita rakyat asal daerahnya. Belum lagi cerita rakyat yang diwajibkan kampus, yang belum terpublikasi.

 

"Kalau cari cerita rakyat seperti itu harus dari Google. Akhirnya bilang ke orang tua, akhirnya ada yang belum diangkat. Saya menceritakan asal usul Bukit Gombel," ucap Hasna. 


Lain lagi dengan Putri Indah, mahasiswa asal jerapa. Ia memilih cerita tokoh perempuan Ratu Kalinyamat. Sebab menurutnya, kisah itu menginspirasi.

 

"Kalinyamat, dulu itu berani bersumpah telanjang demi balas dendam karena suami dibunuh. Saya kagum seorang wanita tapi berani demi bela suaminya," tuturnya.


Sementara itu bagi Budayawan Semarang, Jawahir Muhamad, kagum dengan gebrakan Universitas PGRI Semarang. Selain melestarikan budaya, juga menumbuhkan kebanggaan warisan lokal.

 

"Kalau kehilangan budaya lokal, kehilangan sejarah tradisi, kehilangan masa lalu. Masa depannya juga tidak jelas. Meraba-raba akhirnya mereka idolakan tokoh asing,” terang Jawahir.

 

Ribuan cerita rakyat dari para mahasiswa baru ini rencananya bakal dibukukan dalam Antologi Cerita Rakyat Universitas PGRI Semarang.





Editor: Quinawaty Pasaribu

 

  • Cerita Rakyat
  • MURI
  • Universitas PGRI Semarang

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!