BERITA

Makan Siang dengan Jokowi, Apa Keluhan Pedagang Pasar?

Makan Siang dengan Jokowi, Apa Keluhan Pedagang Pasar?

KBR, Jakarta - Presiden Joko Widodo Kamis (3/9) siang menggelar makan siang bersama perwakilan pedagang pasar di Jakarta. 

Ada sekitar 100 orang pedagang yang hadir di Istana Negara. Salah satu pedagang dari Pasar Gembrong Jakarta Timur Saiful mengatakan dalam pertemuan tersebut ia menyampaikan keluhan terkait lambannya kerja pemerintah menertibkan pedagang.

"Mungkin beliau mesti pressure (tekan) pembantunya. Pak Presidennya agresif, gesit. Tapi ini yang pembantunya ya (yang lama merespon)," kata Saiful selepas makan siang di Istana Negara, Kamis (3/9/2015).

Selain dari Pasar Gembrong, Jokowi juga mengajak perwakilan dari Pasar Jatinegara, Pasar Pramuka, PKL Sunda Kelapa, PKL Proklamasi, PKL Pluit, Pasar Ikan Muara Angke, Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Pagi Kramat jati, Pasar Minggu, Pasar Makassar, Pasar Kue Subuh Senen, pedagang Kota Tua dan pengemudi bajaj.

Jokowi mengatakan ia ingin mendapat masukan langsung dari para pedagang terkait masalah yang terjadi di pasar. Baik dari sisi penataan, harga maupun kebijakan lainnya. 

Ia juga meminta para pedagang tak nekat keluar lagi dari bangunan yang sudah ditujukan untuk penataan PKL. Ia mengakui bahwa urusan pasar memang ada di tangan Pemprov DKI, 

"Bukan urusan Pak Presiden, tapi gak papa. Saya dapat problemnya apa, nanti saya sampaikan ke Gubernur (Ahok)," kata Jokowi.

Bekas Gubernur DKI Jakarta ini juga menawarkan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kata dia, mulai Juli lalu bunga KUR turun dari 23 persen menjadi 12 persen. 

"Jadi bapak ibu kalau pinjam bulannya bunganya bisa 1 persen. Itu bisa di BRI," ujarnya.

Editor: Agus Luqman 

  • presiden joko widodo
  • Joko Widodo
  • Jokowi
  • pedagang pasar
  • PKL
  • penertiban pedagang pasar

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!