BERITA

Puntung Rokok Pemburu Diduga Jadi Penyebab Terbakarnya Hutan Gunung Kawi

Kebakaran Hutan. Foto: Antara
Kebakaran Hutan. Foto: Antara

KBR,Malang– Sedikitnya 53 hektare hutan lindung di Gunung Kawi habis terbakar sejak dua bulan terakhir. Sisa api unggun dan putung rokok bekas pemburu liar diduga jadi penyebab utama kebakaran hutan tersebut.

Wakil Administratur Wilayah Barat Perum Perhutani KPH Malang, Dadan Hamdan mengatakan, para pemburu liar diduga sengaja pergi meninggalkan bekas api unggun yang masih menyala. Hutan yang terbakar itu berada di Petak 193 Gunung Kawi dengan luasan 43 hektare, kemudian di blok batu tulis seluas 10 hektare awal Agustus ini.

“Perkiraan kami ini ulah dari orang berburu. Mungkin dia buat api unggun atau rokok bisa saja. Karena di atas itu alang – alang dan bekas yang sebelumnya terbakar itu daun cemara kering rontok ke bawah dan mudah terbakar. Kemarin kita itu sudah memasang plang larangan membuat api di hutan,” kata Dadan Hamdan, Wakil Administratur Wilayah Barat Perum Perhutani KPH Malang. “Kalau pelakunya bisa ditangkap, pasti akan kami proses sesuai hukum yang berlaku,” tandas Dadan, Jumat (28/8/2015).


Dadan mengaku, Perhutani Malang kesulitan mengawasi masuknya manusia ke dalam kawasan hutan Gunung Kawi. Selain keterbatasan personel yang berjaga, para pemburu liar itu juga bisa masuk ke dalam hutan Gunung Kawi dari arah mana saja. Menurutnya mayoritas yang terbakar di hutan Gunung Kawi adalah pohon cemara dan alang – alang.

Tanaman ini akan tumbuh sendiri secara alami setelah peristiwa kebakaran ini. Sehingga tak perlu dilakukan penanaman pohon di kawasan hutan Gunung Kawi. Perhutani juga tidak menemukan adanya satwa dilindungi yang mati akibat kebakaran itu.

Editor: Malika

  • kebakaran hutan
  • puntung rokok kebakaran
  • kebakaran hutan malang

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!