BERITA

Gejolak Ekonomi, Jokowi Minta PBNU Bantu Tenangkan Nahdliyin

"Presiden Joko Widodo hari ini menerima Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU). "

Gejolak Ekonomi, Jokowi Minta PBNU Bantu Tenangkan Nahdliyin
Presiden Joko Widodo. (Foto: DJ Setiawan/KBR)

KBR, Jakarta - Presiden Joko Widodo hari ini menerima Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU). 


Dalam pertemuan itu Jokowi meminta organisasi NU membantu menenangkan masyarakat dalam menghadapi gejolak ekonomi.


Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj mengatakan, lembaganya siap untuk membantu pemerintah mengatasi paham-paham yang menyimpang, radikalisme, serta menanggulangi masalah ekonomi yang dialami negara.


"Saya diminta untuk menenangkan masyarakat, terutama warga Nahdliyin karena ekonomi yang sedang melemah. Untuk memberikan pemahaman kepada mereka, karena ini faktor ekonomi global. Harus memberikan rasa optimisme jangan sampai putus asa. Insya Allah pemerintah akan berusaha keras, dalam sebulan dua bulan," kata Said Aqil Siradj.


Selama beberapa bulan ini terjadi gejolak ekonomi global yang berimbas pada ekonomi dalam negeri. Nilai tukar rupiah merosot terus, hingga mencapai Rp14 ribu per satu dolar Amerika pada minggu ketiga bulan Agustus. Sedangkan indeks harga saham gabungan juga terus melemah.


Kiai Said menambahkan, dalam pertemuan dengan presiden ia juga menyampaikan susunan kepengurusan PBNU yang baru periode 2015-2020. Said juga menyampaikan pada Jokowi bahwa tidak ada konflik dalam pemilihan pengurus NU yang baru.


Sebelumnya kelompok penolak hasil Muktamar NU menyatakan akan menggugat hasil Muktamar NU ke-33 karena dianggap melanggar ketentuan anggaran dasar dan anggaran rumah NU.


Forum Lintas Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama juga mempermasalahkan mekanisme dan proses pemilihan ketua umum tanfidziyah.


Editor: Agus Luqman

 

  • PBNU
  • Nahdliyin

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!