BERITA
Belanja Pegawai Masih Lebih Besar dari Belanja Publik
KBR,Ternate- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Ternate
menilai belanja pegawai masih lebih besar dari belanja publik, pada pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Daerah (APBD) 2015 oleh Pemerintah Kota Ternate.
Kondisi tersebut terjadi akibat jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang cukup banyak. Akibatnya sebagian besar APBD tersedot hanya untuk membayar gaji dan tunjangan PNS, sehingga belanja publik mendapat porsi yang kecil. Demikian dikemukakan Wakil Ketua DPRD Kota Ternate Mubin A. Wahid,
Mubin, menjelaskan masih tingginya belanja pegawai atau belanja tidak langsung dibanding belanja publik, disebabkan oleh beberapa faktor, dua diantaranya adalah Dana Alokasi Umum (DAU) yang diperoleh pemerintah kota ternate dari pemerintah pusat mengalami penurunan dan belum maksimalknya pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
"Pendapatan
kita kan hanya jasa dan perdagangan, tidak ada tambang, tidak ada jasa-jasa
yang lebih besar seperti daerah-daerah yang lain. Tapi dengan jasa perdagangan
pemerintah mendesain begitu hebat, peningkatan maupun perluasan objek-objek
pendapatan seperti intensifikasi dan ekstensifikasi," kata Mubin A. Wahid pada KBR Sabtu (01/8).
Meski
begitu Mubin, mengaku perbedaan prosentase antara belanja langsung dan belanja
tidak langsung tidak melebihi 60 persen antara belanja langsung dan belanja
tidak langsung masing-masing hanya mengalami selisih lebih dari 40 persen.
Pada APBD-Perubahan 2015 Kota Ternate, pendapatan hanya bertambah Rp 9 miliar yang bersumber dari PAD, Pajak Bagi Hasil Kendaraan Bermotor dengan pemerintah provinsi dan Lain-lain pendapatan yang sah. Secara keseluruhan pendapatan pada APBD-P 2015 hanya mengalami penambahan Rp 23 miliar dari APBD induk senilai Rp 800 miliar.
Editor: Erric Permana
- belanja pegawai
- belanja publik
- jumlah pns ternate banyak
Komentar (0)
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!