BERITA

Korban Sandera Abu Sayyaf Bersyukur Tak Ada Kontak Senjata Selama Penyekapan

"Alfian memperkirakan kelompok penyandera berjumlah lebih dari 10 orang. "

Ninik Yuniati

Korban Sandera Abu Sayyaf Bersyukur Tak Ada Kontak Senjata Selama Penyekapan
Sejumlah ABK WNI yang menjadi korban sandera kelompok militan Abu Sayyaf tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (1/5). Foto: Antara

KBR, Jakarta- Alfian Elvis, salah satu korban sandera kelompok Abu Sayyaf mengisahkan kronologis penyanderaan pada 25 Maret silam. 

Alfian yang waktu itu bertugas jaga, tiba-tiba melihat sebuah perahu bergerak merapat mendekati kapal.

"Jam 15.00 atau 15.20 itu pas waktu jaga saya. Saya lihat dari jauh, ada perahu, saya panggil masinis 3, bos tolong panggil kapten, tolong suruh ke atas, ada perahu mendekat, apa tindakan kita" kisahnya di rumahnya di Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (3/5/2016).

Alfian dan kru lain awal kali mengira yang datang adalah Polisi Filipina. Namun, begitu merapat ke kapal, segerombolan orang dengan memakai penutup muka mengeluarkan senjata dan mulai menaiki kapal.

"Pertama kan ada kaos, ada tulisan PNP, police national philiphine, makanya pas pertama lihat, ah polisi kali, biasa kan, di tengah laut minta air. Waktu mereka merapat langsung keluar semua senjata, dikasih kode stop mesin, mereka masih di samping, dikasih kode stop mesin, dikasih kapal berhenti, masih di bawah, mereka naik ke atas langsung todong" ujar dia

Alfian dan 9 ABK lain dikumpulkan, diikat dan diborgol. Kapten kapal meminta ikatan dan borgol dilepaskan dan berjanji tidak akan melarikan diri dan mau bekerja sama. Permintaan pun diluluskan.

"Kita tawarkan kita takkan melawan, kita akan kerjasama apapun pak cik mau, kita ikutin tapi bisa nggak kita dilepas borgol dan ikatan. Mereka bilang, kita kasih kepercayaan kalau begitu kita lepas tapi saya minta jangan ada yang lari, kalau ada yang lari, satu pun yang lari, mungkin dia kena tembak, mungkin yang 9 ini sengsara juga kita bikin, jadi kita kerja sama"

Seluruh sandera merapat ke daratan dan dibawa masuk ke hutan. Dari situ hampir setiap hari mereka berpindah-pindah tempat. Alfian memperkirakan kelompok penyandera berjumlah lebih dari 10 orang. 

Alfian menegaskan tidak pernah ada kontak senjata selama 37 hari bersama kelompok Abu Sayyaf. "Kalau ada kontak senjata, nggak mungkin kita 10 bisa ada di sini, karena kalau sempat kontak senjata, mungkin mereka bisa jaga diri, tapi kalau kita? tak ada pun latihan apapun"

Alfian yang beragama Kristen, terpaksa mengaku diri mualaf demi keselamatan diri. Alfian juga mengaku diperlakukan baik oleh para penyandera.

"Yang nyandera itu kan dari kelompok Abu Sayyaf, semua tahu, muslim, jadi kita untuk menyelamatkan diri kita bilang mualaf. Ya mereka tanya agama apa, saya bilang, mualaf, mereka bilang, no problem. 

"Tidak ada paksaan, tidak ada tekanan apapun dalam masalah ibadah, kita mau solat silakan, nggak salat ya silakan. Tapi karena demi keselamatan kita ber10, ayo coba kita ikutin, pada waktu-waktu salat kita ikutin"

"Apa yang mereka makan, itu yang kita makan, apa yang mereka minum, itu yang kita minum, kita tidur di mana, mereka pun tidur di situ, kita jalan, mereka jalan. Makan kadang sekali, kadang dua kali tergantung lokasi, makannya nasi, lauknya kadang ikan, kadang mie instan"

Pria 36 tahun asal Manado ini mengaku tidak tahu menahu tentang jalannya proses negosiasi. Mereka juga tidak pernah diberitahu kapan akan dibebaskan. 

"Kita pas dibebasin itu, masih kayak mimpi aja, jadi kita masih tidur dibangunin, suruh beres-beres. dari hutan itu jalan ke pantai, naik boat, jalan lagi pindah pulau, kita pikir itu nggak tahu lagi mau dibawa ke mana, lalu mereka bilang, mungkin hari ini kalian akan pulang ke Indonesia"

Pada hari mereka dibebaskan, kesepuluh WNI dijemput dan diturunkan di dekat rumah Gubernur Sulu. Setelah melewati beberapa kali pemeriksaan kesehatan dan interogasi, Alfian dan kesembilan rekannya diterbangkan ke tanah air

"Kita diturunin di tengah jalan, suruh ditanya rumah gubernur, kita jalan kaki lagi, sampai ke rumah gubernur. Di situ kita dibawa lagi ke basecamp, kayak RSPAD di sini, kita diperiksa kesehatan, naik helikopter diterusin ke Sambuangga, di situ di pangkalan militer, di situ diinterogerasi lagi berdua chief engine sama chief officer, di situ diinterogasi, jam 7 kita terbang dari ke Balikpapan, dari Balikpapan ke Jakarta"  

Editor: Malika

  • ABK kapal
  • Abu Sayyaf
  • Abu Sayyaf bebaskan sandera
  • Alfian Elvis

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!