BERITA

Dituduh Sebar Komunisme, Festival Film Purbalingga Terancam Mati

"FFP dituduh ditunggangi komunis dinilai sebagai pengekangan kebebasan berekspresi dan menyatakan pendapat. "

Muhamad Ridlo Susanto

Kelompok Intoleran berhadapan dengan barikade Polisi saat merangsek masuk ke Hotel tempat pemutaran

KBR, Purbalingga– Tuduhan kelompok intoleran yang menyebut Festival Film Purbalingga (FFP) ke-10 2016, ditunggangi kepentingan komunis, dinilai sebagai pengekangan kebebasan berekspresi dan menyatakan pendapat.

Direktur Program FFP 2016, Dimas Jayasrana mengatakan pemutaran film Pulau Buru di festival menjadi dalih kelompok intoleran menerobos masuk dan berusaha menghentikan pemutaran film. Dia mengaku heran dengan aparat negara yang justru seperti melegalkan aksi kelompok ini.

"Ini untuk pertama kalinya Film Pulau Buru ditempatkan di sebuah konteks program festival. Sebelumnya, Film Pulau Buru pemutarannya tunggal. Artinya, resikonya lebih besar. Yang ditentang bisa jadi tak hanya filmnya melainkan juga program festivalnya. Dimana kemudian ada isu yang dihembuskan bahwa Festival Film Purbalingga merupakan acaranya PKI. Yang membuat kami, saya dan Bowo, itu sebenarnya hanya kami tertawakan," kata Dimas kepada KBR, Minggu (29/5/2016).

Dimas menjelaskan, komunis sebenarnya sudah isu basi, namun masih efektif untuk membunuh karakter. Ia khawatir perjalanan FFP yang sudah masuk tahun ke-10 menjadi terancam. Padahal, Festival Film ini merupakan etalase cara anak muda untuk melawan ketidakadilan, ironi, praktik korupsi secara kreatif.

"Yang membuat kami perhatikan dan concern kami adalah pelajar, yang bisanya terlibat dalam acara-acara CLC dan kegiatan Festival Film Purbalingga. Ini sebuah pembunuhan karakter yang luar biasa," ujarnya.

Baca juga: Polisi Sebut Pembubaran Pemutara Film Pulau Buru Demi Alasan Keamanan

Sementara, Direktur FFP 2016 Purbalingga Bowo Leksono menyatakan pihaknya tidak akan berhenti berkreasi hanya karena tuduhan komunisme ini. Ia tetap berkomitmen untuk tetap berusaha membuka ruang sebesar-besarnya kepada anak muda yang hendak melakukan gerakan sosial lewat film.

Bowo juga menyayangkan Kelompok Aliansi Pemuda Cinta Pancasila (APCP) Purbalingga yang enggan melakukan dialog. Bahkan, ketika diajak untuk menonton film yang berjudul "Kami Hanya Menjalankan Perintah, Jenderal" yang isinya kesaksian tiga eks Pasukan Cakrabirawa, kelompok tersebut keluar dari ruangan dan tidak melakukan dialog.

Ia meminta, kelompok yang menuduh FFP 2016 ditunggangi kepentingan komunis untuk berdiskusi secara sehat dan fair tanpa aksi kekerasan.  

Editor: Dimas Rizky

  • film pulau buru
  • Festival Film
  • Festival Film Purbalingga

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!