HEADLINE

Kronologi Pembubaran Pertemuan Korban '65-66 di Cipanas

" Para sepuh ini tiba LBH Jakarta sekitar pukul 22.00 WIB. Mereka berbaring dengan alas tidur seadaannya, seperti kasur busa, tikar dan karpet "

Ria Apriyani

Kronologi Pembubaran Pertemuan Korban '65-66 di Cipanas
Ketua YPKP '65, Bedjo Untung (kanan) bernegosiasi dengan Polisi untuk melanjutkan pertemuan korban tragedi 1965/66 di Cipanas, Kamis, 15 April 2016. Foto: Ria Apriyani

KBR, Cianjur - Simposium tragedi 1965/1966 tingkat nasional akan digelar pada 18-19 April di Jakarta. Simposium penyelesaian kasus kejahatan HAM berat melalui pendekatan nonyudisial ini disokong Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan. Karena itu, korban yang tergabung dalam Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965(YPKP 65) berinisiatif menggelar sebuah pertemuan untuk menyatukan pandangan terhadap simposium tersebut. Sebab, menurut Ketua YPKP 65 Bedjo Untung, sebagian korban berkeras tolak penyelesaian secara kekeluargaan, sedangkan yang lain tidak keberatan jika tragedi tersebut diselesaikan melalui jalur nonyudisial. Surat undangan untuk para korban dilayangkan Bedjo sebulan sebelum pertemuan pada 14 April 2016. Berikut kronologis pembubaran pertemuan korban tragedi '65:

31 Maret: YPKP memesan Villa Hosana Coolibah di Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Panitia menyampaikan pada pemilik wisma bahwa yang akan menghadiri pertemuan adalah para korban tragedi 1965 dan saat itu pemilik wisma tidak keberatan. Bahkan, pemilik mengatakan tidak perlu ada surat pemberitahuan ke Kepolisian.

12 April: Informasi pertemuan bocor. Bedjo mendapat laporan dari para korban di Pati, Pemalang, Pekalongan, Banyumas dan Cilacap mengenai interogasi Intel Kodim setempat. Mereka mengajukan sejumlah pertanyaan seputar kegiatan lokawisata di Bogor ini. Seperti tujuan, siapa yang akan hadir, berapa jumlah peserta.

13 April: Bedjo memutuskan untuk mengirimkan surat pemberitahuan ke Kepolisian. Surat diantarkan langsung oleh Bedjo ke Kepolisian Sektor Pacet, Kepolisian Resor Cianjur, RT dan RW setempat. Saat itu pihak pengelola belum menunjukkan keberatan.

14 April:


Pukul 9.00,    Sekitar 60 orang korban berkumpul di LBH Jakarta untuk persiapan menuju villa. Di saat yang sama, YPKP mulai mendengar kabar ada tentara dan polisi bersiaga di sekitar villa . Mereka bertolok ke Cianjur sekitar pukul 10.30 dengan 2 unit bus.


Pukul 14.00,   Mereka tiba di villa dan polisi sudah tampak di sekitar kawasan villa. Namun ada beberapa orang berpakaian sipil di dekat jalan masuk menuju villa. KBR sempat menyaksikan mereka mengambil gambar menggunakan telepon genggam. Sampai di villa, sembari menunggu makan siang, para korban 65 beristirahat sambil bertukar cerita.


Pukul 16.00,    Usai makan siang, Polres Cianjur dan Polsek Pacet datang untuk memberi kabar mengenai puluhan orang telah ebrada si sekitar lokasi. Sedangkan 100an orang lain menuju villa tersebut. Mereka gabungan dari beberapa ormas di antaranya FPI, Pemuda Pancasila, Forum Komunikasi Masyarakat Cianjur dan Gempar ini menuntut pertemuan dihentikan.


Pukul 16.30,    Mereka bernegosisi dengan Kepolisian untuk meyakinkan kalau kegiatan tersebut tidak untuk membangkitkan paham komunisme di Indonesia seperti yang dituduhkan kelompok intoleran.


Pukul 18.30,    Tetapi pengelola villa mengaku takut dengan ancaman tersebut. Mereka tidak ingin ada keributan, tindak ingin dianggap melindungi komunis dan takut villanya tak laku karena pertemuan tersebut. Itu sebab, pemilik memutuskan untuk membatalkan sewa. Pembatalan ini disepakati dengan kompensasi penyediaan dua bus untuk kembali ke Jakarta.


Pukul 19.30,    Korban tragedi 65/66 berbondong meninggalkan villa untuk mengungsi ke LBH Jakarta. Sedangkan anggota Polisi, lengkap dengan senjata laras panjang dan perisai pengaman berbaris di sisi kiri dan kanan jalan hingga korban menuju bus. Ada tentara dari Kodim dan Koramil ikut melepas kepergian rombongan. Di sekitar mereka, massa kelompok intoleran semakin banyak. Setelah bus berangkat, terdengar mereka menyerukan “Allahuakbar! Allahuakbar!” Rombongan dikawal mobil polisi hingga perbatasan kawasan Cianjur.


Pukul 22.00,    Para sepuh ini tiba LBH Jakarta. Mereka menginap dengan alas tidur seadaannya, seperti kasur busa, tikar dan karpet  


Editor: Damar Fery Ardiyan

  • Simposium nasional “Membedah Tragedi 1965”

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!