NASIONAL

RI Krisis Dokter Spesialis, Mayoritas Menumpuk di Jawa

"Ketersediaan dokter spesialis masih belum merata dan lebih dari 50 persen jumlah dokter spesialis Indonesia hanya terpusat di Pulau Jawa."

Shafira Aurel

RI Krisis Dokter Spesialis, Mayoritas Menumpuk di Jawa
Petugas medis memeriksa mata warga di Batam, Kepulauan Riau, Jumat (2/2/2024). (Foto: ANTARA/Teguh Prihatna)

KBR, Jakarta - Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menyebut Indonesia masih mengalami masalah utama yakni kekurangan dokter spesialis yang terjadi hampir di seluruh provinsi.

Ia mengatakan ketersediaan dokter spesialis masih belum merata dan lebih dari 50 persen jumlah dokter spesialis Indonesia hanya terpusat di Pulau Jawa.

Dante menyebut hal ini masih menjadi persoalan mendasar yang belum dapat diselesaikan dalam waktu dekat.

Adapun kekurangan dokter spesialis itu meliputi, dokter spesialis anak, spesialis obstetri dan ginekologi atau dokter kandungan, spesialis bedah, spesialis penyakit dalam, dan dokter anestesi.

"Kekurangan tenaga dokter spesialis masih terjadi seluruh provinsi di Indonesia. 59 persen dokter spesialis masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. 30 provinsi masih kekurangan dokter spesialis, 34 RSUD belum memiliki 7 spesialis dasar, dan kalau dibiarkan ini butuh waktu 10 tahun," ujar Dante dalam rapat kerja bersama DPR, Senin (25/3/2024).

Baca juga:

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menambahkan beberapa upaya tengah dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan dokter ini.

Salah satu yang dilakukan adalah dengan memanggil diaspora dokter spesialis untuk kembali dan praktik di Indonesia, dan memberikan 2.208 Beasiswa Dokter Spesialis, Subspesialis, dan Fellowship kepada para mahasiswa.

Sebelumnya, Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi mengungkapkan Indonesia masih kekurangan dokter spesialis mencapai 30 ribu.

Ia juga mengeluhkan bahwa dokter spesialis hanya menumpuk di provinsi-provinsi besar, seperti DKI Jakarta dan pulau Jawa.

Editor: Agus Luqman

  • krisis dokter
  • krisis tenaga kesehatan
  • Kesehatan
  • tenaga kesehatan

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!